Fashion in Art – Seminar 3 CiFFest 2020

Tema ke 3 pada seminar ke – 3 CiFFest 2020 adalah Fashion in Art, yang akan membahas dunia mode bukan hanya mendapatkan perhatian dari para fashion designer. Namun juga para penggiat seni dari berbagai bidang ilmu. Khususnya di dalam dunia Seni Rupa, Fashion digunakan untuk mengkomunikasikan ide, pesan dan kesan sang seniman. Para seniman kerap menciptakan karya fashion yang tidak berupa produk pakai, namun dapat menjadi pernyataan dari pandangan sosial dan budaya sang seniman.

Ciffest 2020
Seminar daring yang berlangsung pada Sabtu (12/12) menghadirkan pembicara, Sonny Muchlison, M.Sn
Dosen Desain Produk (Mode & Busana), IKJ dan Intan Anggita Pratiwie seorang Fashion Creator.

CiFFest 2020
Sonny Muchlison, M.Sn dalam paparannya, tentang ketika pakaian dalam seni adalah ketika seseorang menganggap “mode”, berbeda dari “pakaian”, “kostum”, atau “pakaian”, itu adalah sebagai konsep yang dibagikan secara sosial tentang apa yang akan dikenakan pada titik waktu tertentu daripada yang esoterik, ritualistik, atau penutup utilitarian atau dekorasi tubuh. “Seni dan mode berbeda secara signifikan dalam sikap masing-masing terhadap sejarah. Seni melihat pada tradisi sejarahnya sendiri dan, yang terpenting, pada komunikasi sejarah (historiografi), sebagai titik perselisihan dan kontras. Sejarah bagi seniman terdiri dari narasi mitos atau ideologis yang dapat diilustrasikan, diperdebatkan, dan dikaji kembali dalam konteks tradisi seni. Gaya atau motif dikutip, seperti dalam historisisme lukisan akademis, misalnya, tetapi proses ini secara sadar direfleksikan”, dalam paparannya.
Selanjutnya, Intan Anggita Pratiwie seorang fesyen kreator yang telah mendaur ulang fashion sejak tahun 2004 di kampusnya memberikan paparan tentang SETALI INDONESIA yaitu Yayasan pengelolaan limbah fashion dan daur ulang. Proses dari SETALI INDONESIA dalam pengelolaan limbah fashion diantaranya dengan pengumpulan limbah pakaian, pemilahan berdasarkan kualitas, pengelolaan, menjual harga murah untuk masyarakat sekitar dan melakukan bazaar untuk donasi, pengolaan mendaur bahkan menjadi karya atau pakaian baru.
Kegiatan tersebut dilakukan olehnya tentunya dengan alasan ingin mengurangin limbah fashion yang merupakan sampah terbesar kedua setelah plastik dan SETALI INDONESIA ada sebagai penyeimbang fast fashion, dalam paparan Intan Anggita Pratiwie.